Kamis, 01 Januari 2009

FUNTASTIC FOUR the fourth anniversary celebration with d’Cinnamons





Rabu (10/12) malam di area atrium Solo Grand Mall (SGM) dipenuhi pengunjung yang ingin menyaksikan penampilan band akustik d’Cinnamons. Acara yang bertajuk “FUNTASTIC FOUR the fourth anniversary celebration with d’Cinnamons“ ini sendiri diadakan dalam rangka hari ulang tahun SGM yang ke-4. Sejak petang hari, pengunjung sudah memadati SGM hanya untuk melihat performance d’Cinnamons secara langsung. Hal ini terlihat dengan penuhnya penonton di setiap sudut SGM, bahkan hingga lantai-lantai atas mall yang didirikan pertama kali di Solo ini. Sebenarnya acara seperti ini tidak jarang diadakan oleh pihak SGM namun antusiasme publik selalu terlihat dalam setiap acara-acaranya. d’Cinnamons sendiri merupakan band yang sudah punya nama di belantika musik Indonesia, lagu-lagu mereka juga sempat menjadi soundtrack film layer lebar. Acara ini dimulai dengan dibuka oleh beberapa hiburan pembuka hingga special performance dari Jubing Kristianto, seorang gitaris akustik professional. Terdapat pula pemberian penghargaan kepada jurnalis dan pewarta foto yang pernah meliput berbagai event di SGM sejak periode September 2007 hingga Oktober 2008. Pihak SGM sendiri telah mengadakan pameran tentang SGM yang pernah dimuat di media massa selama periode tersebut. d’Cinnamons sendiri baru naik keatas panggung sekitar pukul 20.30 wib dan disambut tepuk tangan yang meriah dari para pengunjung. Tak jarang Dodo, sang vokalis dan satu-satunya personil wanita dalam band ini berinteraksi dengan para pengunjung. Alunan musik akustik serta nyanyian pengunjung yang rata-rata anak muda terdengar sepanjang acara. Bahkan di lantai atas SGM terpampang spanduk bertuliskan “ d’Cinnamons Jogja Fans Club” yang notabene para fans d’Cinnamons yang berasal dari Jogjakarta. Sudah bisa ditebak kedatangan mereka hanya untuk melihat band pujaan mereka pentas. Salah satu dari mereka mengatakan, “Kami datang jauh-jauh dari Jogja hanya untuk nonton mereka main (d’Cinnamons red), walaupun tadi sempet kehujanan tapi kami tetep berangkat.” Ujarnya kepada Detik Pos. Wajar saja jika para pengunjung rela berdesak-desakan hanya untuk melihat aksi dari d’Cinnamons dari dekat karena memang performance di panggungnya sangat bagus. Mereka juga sempat mengajak salah satu penonton untuk naik ke atas panggung dan menyanyikan lagu ‘happy birthday’ untuk SGM. Diatas panggung juga disuguhi fashion show dari perancang busana Rory wardana dan seremonial peniupan lilin ulang tahun dari jajaran direksi SGM dan perwakilan. Acara tersebut berakhir pukul 21.30 wib dan membawa kepuasan tersendiri bagi artis maupun pengunjung. (Adhimas Raditya Fahky Putra)

Solo International Etnic Music (SIEM)







Solo International Etnic Music (SIEM) - Festival & Education adalah event kultural diselenggarakan secara berkelanjutan di kota Solo. Ketika pertama kalinya diselenggarakan pada tanggal 1 – 5 September 2007, Benteng Vastenburg, Solo. Kawasan situs budaya yang dibangun Baron van Imhoff tahun 1745 sebagai pertahanan tentara Belanda. Kemudian diambil alih sebagai markas tentara dan selama kurang lebih 30 tahun tertutup untuk umum. SIEM mengapresiasi tempat seperti itu, bukan sekedar cagar budaya, tetapi  bagian dari strategi placemen. Kemasan (tampil beda) tindakan yang harus dilakukan ketika menghadapi masyarakat yang cita rasa, estetika-nya diseragamkan oleh kekuatan kapitalis. Jadi, festival harus punya medan magnit , dimensi resonansi, mengusik orang keluar rumah. Hasilnya, banyak kalangan mengatakan sukses , meskipun ukuran sukses bisa relatif. Jika penonton boleh menjadi salah satu indikatornya, kedatangan lebih dari lima puluh ribu orang selama festival, catatan sendiri bagi seni pertunjukan Indonesia.
Untuk kali ini, SIEM 2008 diselenggarakan tanggal 28 Oktober sampai 1 November di Pamedan Pura Mangkunegaran Solo, Indonesia. SIEM sendiri lahir karena kebutuhan cultural. Jika SIEM sebagai peluang, sebaiknya dilihat sebagai proses menuju perubahan lebih baik. Kita lelah bicara pada tataran diskursus, saatnya membuat kerangka kerja dan membawa kesenian hidup ditengah-tengah masyarakat, riil dan kokoh. Kesenian bagian integral dari kehidupan manusia. Hubungan masyarakat dengan seni seharusnya menjadi metabolisme mendorong perubahan. Perubahan politik, ekonomi dan kebudayaan disatu pihak kesenian berada dalam kondisi psikologis, kondisi dimana kesenian tidak bisa bicara banyak soal peradaban.
Sebagai gerakan kultural, SIEM sedang mencari bentuk untuk tidak tergantung pada siapapun. Komitmen dan otoritas bagian kerangka kerja yang sedang dijalankan sepenuh hati. Festival bukan tujuan utama, festival tidak lebih  media yang dikontruksikan menjadi medan interaksi dan relasi seniman dan masyarakat dalam pluralisme. Ketika proses itu sendiri dimaknai bagian dari tujuan, maka kesediaan melakukan eksplorasi ide-ide baru dan segar cara kerja yang selama ini dilakukan dalam laboratorium dihuni beragam profesi, seniman, pengusaha, birokrat maupun mahasiswa. Daya tahan dan komitmen dasar ujinya waktu. Bukan hal yang aneh gerbong SIEM akan tampil wajah baru menggantikan wajah lama yang undur diri.
Kesadaran untuk selalu beda dan berubah adalah bagian ideologi SIEM. Gagasan memposisikan musik etnik di tengah kebudayaan global harus diuji. Kita tidak melawan agresrifitas imperialisme media, tetapi berjalan berdampingan dengan kekuatan besar itu. Masih ada ruang sosial yang punya kesadaran melihat dan menghargai perbedaan sebagai pilihan untuk memperkaya nilai kemanusiaan, maka SIEM dianggap sebagai alat perjuangan kultural.

SIEM sedang berproses menemukan bentuknya karena SIEM 2007 dan 2008 fakta kita ada dan beda. Eksistensi SIEM ada dipundak semua pihak, masyarakat, yang selama ini menaruh hati. Jika suatu saat SIEM bermetamorfose menjadi suatu yang elegan, karena kebutuhan masyarakat belajar pentingnya keteguhan hati menjaga identitas dan peradaban. Menurut panitia acara ini digelar agar Solo bisa menghargai perbedaan, memiliki hati dan peradaban. Cangkul ditangan petani apapun bisa tumbuh, kenapa kita tidak melakukan cara yang sama. Dengan kearifan dan kesabaran kita berjuang….PASTI.
( Foto : Adhimas Raditya Fahky Putra & Teks : SSJC )

World Heritage Cities Conference and Expo (WHCCE)







Kirab Budaya di Pembukaan Konferensi WHC


Pembukaan Euro-Asia World Heritage Cities (WHC) Conference and Expo atau konferensi kota-kota warisan dunia, di Kota Solo Jawa Tengah, 25-28 Oktober 2008, ditandai dengan kegiatan kirab budaya. Koordinator Kirab WHC Conference and Expo, Kalinggo Honggopuro, mengatakan kirab telah digelar pada 26 Oktober 2008, dengan menempuh rute Balai kota Surakarta ke arah barat menuju Solo Center Point, Purwosari Solo.

.
Sebanyak 29 negara telah ambil bagian dalam acara kirab tersebut, dalam rangka World Heritage Cities yang diselenggarakan di Pura Mangkunegaran Surakarta. ”Sampai saat ini, ada 29 negara seperti Federasi Rusia, China, Thailand, Australia hingga Azerbaijan yang mengikuti kirab budaya tersebut,” kata Manajer Kirab, Winarso Kalinggo. Pada pelaksanaannya "Pertujukan dikemas dengan berjalan kaki dan diiringi oleh berbagai macam kesenian tradisional," katanya.

Iring-iringan kirab, lanjutnya, dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama merupakan iring-iringan para kepala daerah dari dalam dan luar negeri yang diarak dengan manaiki kereta kuda.

Kelompok kedua, lanjutnya, merupakan iring-iringan sendratari Ramayana yang dilakonkan oleh sekitar 500 seniman Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, seniman wayang orang, seniman kethoprak RRI Surakarta serta anggota Perkumpulan Masyaraat Surakarta.

Sementara kelompok terakhir merupakan rombongan "tidak lazim", kata dia, yang antara lain berisi pertunjukan menarik mobil dengan rambut, debus Mataraman hingga bermain bola api. Ia mengharapkan masyarakat terhibur dengan kirab budaya WHC yang akan dihadiri kepala daerah dari 29 negara ini. Dan kirab yang telah diikuti ribuan peserta ini bisa berjalan sukses berkat dukungan penonton dan berbagai pihak.

Sore itu, ribuan warga Solo dan masyarakat sekitar Kota Bengawan tumpah ruah di kawasan Jl Slamet Riyadi. Warga yang diperkirakan mencapai 300.000 lebih tersebut memadati sisi kiri dan kanan jalan utama di Kota Solo itu guna menyaksikan Kirab WHCCE 2008. Mereka yang menyesaki rute kirab lebih didominasi keluarga. Bapak, isteri dan anak.“Ini tak kurang dari 300.000 warga. Mereka bukan hanya dari Solo saja tetapi juga banyak yang dari luar kota,” ungkap Walikota Joko Widodo saat menyambut para tamu di Balaikota, tempat start kirab. Memang apa yang diungkapkan Walikota Solo itu adalah faktual. Sejak kepemimpinan Jokowi, sapaan akrabnya, acara kirab kini seperti menjadi primadona tontonan dan hiburan masyarakat.
Konsepsi kirab yang diubah tidak lagi mengkampanyekan hasil-hasil kerja pemerintah dalam bentuk pawai pembangunan menjadi konsep city carnival, terbukti mampu membawa ketertarikan luar biasa. “Ini luar biasa. Saya tidak mengira antusiasme masyarakat Solo seperti ini,” ungkap salah seorang peserta dari Siberia, Federasi Rusia.
Dalam kirab kemarin, Walikota – Wakil Walikota Joko Widodo – FX Hadi Rudyatmo tampil sebagai pembuka iring-iringan dengan menaiki 2 gajah. Gajah tersebut khusus didatangkan Panitia Kirab dari Kebun Binatang Gembira Loka, Jogja.Sementara delegasi dan tamu, disiapkan Andong, alat transportasi tradisional masyarakat Jawa Tengah dan Jogja yang ditarik kuda.Di antara peserta kirab, peserta dari Siberia, Federasi Rusia memang paling menyedot perhatian penonton. Empat orang yang mewakili delegasi Siberia itu mengenakan pakaian adat Yakust. Selain karena kostumnya yang unik, salah satu dari mereka selalu mempertontonkan gerakan-gerakan khas yang mengundang kemeriahan penonton. Sejak memasuki jalan utama rute kirab di depan Balaikota hingga finish di depan Mapoltabes Surakarta, atraksi singkat seperti tarian Suku Indian di Amerika itu, selalu dipertunjukkan. Antusiasme penonton kirab yang demikian tinggi juga membuat delegasi peserta kirab menyambutnya. Beberapa delegasi bahkan lebih memilih turun dari andong dan jalan kaki. Mereka juga tampak menyambut hangat setiap uluran tangan penonton di sepanjang rute yang mengajaknya bersalaman. Seluruh delegasi juga selalu melambaikan tangan di sepanjang acara.








KONFERENSI WORLD HERITAGE CITIES (WHC) 2008
Diawali dengan pagelaran gamelan dan tarian Menur dari Jawa Timur koferensi WHC dimulai Senin 27 Oktober 2008 di Ball Room Sunan Hotel Solo . Konferensi diikuti  268 peserta, 145 dari dalam negeri dan 123 dari luar negeri. Tiga Pembicara masing-masing : Rieks Smeets mantan Sekretaris Konvensi UNESCO Mengenai Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda, Simon Legrand Penasihat dalam kreatifitas tradisional, kebudayaan dan Warisan Budaya Tak Benda, organisasi PBB dalam Properti Untelektual/UNWIPO dan Prof. A. Zen Umar Purba, SH, LLM, Direktur HAKI  Departemen Hukum dan HAM RI dan Profesor Hukum Sipil Internasional UI.  
Dalam materinya, Rieks Smeets menekankan bahwa pada dasarnya warisan budaya tak benda meliputi  tradisi  dan ekspresi tutur termasuk bahasa  sebagai medianya, pertunjukan seni, tindakan sosial dan ritual, pengetahuan dan tingkah laku yang dikaitkan dengan alam semesta dan pembuatan alat-alat tradisional.   Di sisi lain untuk memastikan keberadaan warisan budaya tak benda dapat dilakukan dengan identifikasi, dokumentasi, penelitian, perlindungan, promosi, pengembangan, pendidikan formal dan non formal serta revitalisasi. Sedangkan Simon Legrand menitikberatkan upaya perlindungan terhadap Ekspresi  Budaya Tradisional. Dalam prespektifnya, perlindungan budaya asli dan ekspansi budaya tradisional harus saling melengkapi. Masyarakat  punya hak untuk memelihara, mengontrol, melindungi dan mengembangkan warisan budayanya, baik yang menyangkut pengetahuan tradisional maupun dalam  mengekspresikan kebudayaan tradisional yang bermuara pada peningkatan ekonomi, diantaranya melalui kecerdasan dalam produk kreatif dan  identifikasi karakteristik komunitas warisan budaya. Ini dimaksudkan agar produk budayanya tidak diklaim oleh komunitas budaya lain. Sebagai pembicara ketiga Prof. A. Zen Umar Purba yang melihat perlindungan warisan budaya dari perspektif Hukum Internasional yang mendasarkan pada Konferensi UNESCO pada tahun 2003.   Di Indonesia sendiri mendasarkan pada Deklarasi Bandung tahun 2005 yang menunjukkan tentang spesifikasi pertahanan kecerdasan kebudayaan sebagai aset untuk mempercepat persetujuan tentang ekspresi budaya tradisional yang perlu dilindungi.  Melalui konferensi WHC 2008 inilah diharapkan dapat memberikan solusi berkaitan dengan perlindungan warisan budaya suatu negara untuk mendapatkan pengakuan dunia, seperti   halnya    produk batik Indonesia.



PEMBUKAAN EXPO WHC 2008

Sebagai rangkaian kegiatan WHC 2008, Senin 27 Oktober 2008 kegiatan Expo dan Workshop  WHC resmi dibuka oleh  Menteri Luar Negeri RI. Dr. Nur Hasan Wirayudha di Pura Mangkunegaran Surakarta  diiringi dengan lagu Bengawan Solo oleh Waljinah dan Pergelaran Karawitan Mangkunegaran. Dalam sambutannya Menlu menyampaikan penghargaan dan apresiasinya kepada seluruh peserta WHC, utamanya Walikota dan masyarakat Surakarta atas penyelenggaraan WHC 2008 di Surakarta. Harapannya   konferensi tidak hanya menciptakan hubungan dan kerjasama yang lebih baik antar anggota WHC tetapi yang lebih penting adalah terciptanya saling pengertian pada peradaban, budaya dan agama serta ke depan dapat mendorong kerjasama perdagangan dan investasi
Dengan melihat besarnya antusiasme masyarakat Solo dan sekitarnya , Menlu mengusulkan agar kota  Solo dapat menyelenggarakan event  internasional sejenis secara berkala, seperti festival budaya internasional.   Dari pengalaman ini   akan mendorong Kota Solo sebagai satu pusat bisnis, terlebih lagi  terhadap peluang turis, perdagangan dan bisnis Deplu sangat terbuka bagi potensi Solo maupun daerah lainnya. Dalam acara tersebut Walikota Surakarta berkesempatan memberikan souvenir kepada Menlu, dilanjutkan kemudian dengan peninjauan ke tiap-tiap stand expo.

( Foto : Adhimas Raditya Fahky Putra & Teks : Berbagai sumber )