





Kirab Budaya di Pembukaan Konferensi WHC
Pembukaan Euro-Asia World Heritage Cities (WHC) Conference and Expo atau konferensi kota-kota warisan dunia, di Kota Solo Jawa Tengah, 25-28 Oktober 2008, ditandai dengan kegiatan kirab budaya. Koordinator Kirab WHC Conference and Expo, Kalinggo Honggopuro, mengatakan kirab telah digelar pada 26 Oktober 2008, dengan menempuh rute Balai kota Surakarta ke arah barat menuju Solo Center Point, Purwosari Solo.
.
Sebanyak 29 negara telah ambil bagian dalam acara kirab tersebut, dalam rangka World Heritage Cities yang diselenggarakan di Pura Mangkunegaran Surakarta. ”Sampai saat ini, ada 29 negara seperti Federasi Rusia, China, Thailand, Australia hingga Azerbaijan yang mengikuti kirab budaya tersebut,” kata Manajer Kirab, Winarso Kalinggo. Pada pelaksanaannya "Pertujukan dikemas dengan berjalan kaki dan diiringi oleh berbagai macam kesenian tradisional," katanya.
Iring-iringan kirab, lanjutnya, dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama merupakan iring-iringan para kepala daerah dari dalam dan luar negeri yang diarak dengan manaiki kereta kuda.
Kelompok kedua, lanjutnya, merupakan iring-iringan sendratari Ramayana yang dilakonkan oleh sekitar 500 seniman Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, seniman wayang orang, seniman kethoprak RRI Surakarta serta anggota Perkumpulan Masyaraat Surakarta.
Sementara kelompok terakhir merupakan rombongan "tidak lazim", kata dia, yang antara lain berisi pertunjukan menarik mobil dengan rambut, debus Mataraman hingga bermain bola api. Ia mengharapkan masyarakat terhibur dengan kirab budaya WHC yang akan dihadiri kepala daerah dari 29 negara ini. Dan kirab yang telah diikuti ribuan peserta ini bisa berjalan sukses berkat dukungan penonton dan berbagai pihak.
Sore itu, ribuan warga Solo dan masyarakat sekitar Kota Bengawan tumpah ruah di kawasan Jl Slamet Riyadi. Warga yang diperkirakan mencapai 300.000 lebih tersebut memadati sisi kiri dan kanan jalan utama di Kota Solo itu guna menyaksikan Kirab WHCCE 2008. Mereka yang menyesaki rute kirab lebih didominasi keluarga. Bapak, isteri dan anak.“Ini tak kurang dari 300.000 warga. Mereka bukan hanya dari Solo saja tetapi juga banyak yang dari luar kota,” ungkap Walikota Joko Widodo saat menyambut para tamu di Balaikota, tempat start kirab. Memang apa yang diungkapkan Walikota Solo itu adalah faktual. Sejak kepemimpinan Jokowi, sapaan akrabnya, acara kirab kini seperti menjadi primadona tontonan dan hiburan masyarakat.
Konsepsi kirab yang diubah tidak lagi mengkampanyekan hasil-hasil kerja pemerintah dalam bentuk pawai pembangunan menjadi konsep city carnival, terbukti mampu membawa ketertarikan luar biasa. “Ini luar biasa. Saya tidak mengira antusiasme masyarakat Solo seperti ini,” ungkap salah seorang peserta dari Siberia, Federasi Rusia.
Dalam kirab kemarin, Walikota – Wakil Walikota Joko Widodo – FX Hadi Rudyatmo tampil sebagai pembuka iring-iringan dengan menaiki 2 gajah. Gajah tersebut khusus didatangkan Panitia Kirab dari Kebun Binatang Gembira Loka, Jogja.Sementara delegasi dan tamu, disiapkan Andong, alat transportasi tradisional masyarakat Jawa Tengah dan Jogja yang ditarik kuda.Di antara peserta kirab, peserta dari Siberia, Federasi Rusia memang paling menyedot perhatian penonton. Empat orang yang mewakili delegasi Siberia itu mengenakan pakaian adat Yakust. Selain karena kostumnya yang unik, salah satu dari mereka selalu mempertontonkan gerakan-gerakan khas yang mengundang kemeriahan penonton. Sejak memasuki jalan utama rute kirab di depan Balaikota hingga finish di depan Mapoltabes Surakarta, atraksi singkat seperti tarian Suku Indian di Amerika itu, selalu dipertunjukkan. Antusiasme penonton kirab yang demikian tinggi juga membuat delegasi peserta kirab menyambutnya. Beberapa delegasi bahkan lebih memilih turun dari andong dan jalan kaki. Mereka juga tampak menyambut hangat setiap uluran tangan penonton di sepanjang rute yang mengajaknya bersalaman. Seluruh delegasi juga selalu melambaikan tangan di sepanjang acara.
KONFERENSI WORLD HERITAGE CITIES (WHC) 2008
Diawali dengan pagelaran gamelan dan tarian Menur dari Jawa Timur koferensi WHC dimulai Senin 27 Oktober 2008 di Ball Room Sunan Hotel Solo . Konferensi diikuti 268 peserta, 145 dari dalam negeri dan 123 dari luar negeri. Tiga Pembicara masing-masing : Rieks Smeets mantan Sekretaris Konvensi UNESCO Mengenai Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda, Simon Legrand Penasihat dalam kreatifitas tradisional, kebudayaan dan Warisan Budaya Tak Benda, organisasi PBB dalam Properti Untelektual/UNWIPO dan Prof. A. Zen Umar Purba, SH, LLM, Direktur HAKI Departemen Hukum dan HAM RI dan Profesor Hukum Sipil Internasional UI.
Dalam materinya, Rieks Smeets menekankan bahwa pada dasarnya warisan budaya tak benda meliputi tradisi dan ekspresi tutur termasuk bahasa sebagai medianya, pertunjukan seni, tindakan sosial dan ritual, pengetahuan dan tingkah laku yang dikaitkan dengan alam semesta dan pembuatan alat-alat tradisional. Di sisi lain untuk memastikan keberadaan warisan budaya tak benda dapat dilakukan dengan identifikasi, dokumentasi, penelitian, perlindungan, promosi, pengembangan, pendidikan formal dan non formal serta revitalisasi. Sedangkan Simon Legrand menitikberatkan upaya perlindungan terhadap Ekspresi Budaya Tradisional. Dalam prespektifnya, perlindungan budaya asli dan ekspansi budaya tradisional harus saling melengkapi. Masyarakat punya hak untuk memelihara, mengontrol, melindungi dan mengembangkan warisan budayanya, baik yang menyangkut pengetahuan tradisional maupun dalam mengekspresikan kebudayaan tradisional yang bermuara pada peningkatan ekonomi, diantaranya melalui kecerdasan dalam produk kreatif dan identifikasi karakteristik komunitas warisan budaya. Ini dimaksudkan agar produk budayanya tidak diklaim oleh komunitas budaya lain. Sebagai pembicara ketiga Prof. A. Zen Umar Purba yang melihat perlindungan warisan budaya dari perspektif Hukum Internasional yang mendasarkan pada Konferensi UNESCO pada tahun 2003. Di Indonesia sendiri mendasarkan pada Deklarasi Bandung tahun 2005 yang menunjukkan tentang spesifikasi pertahanan kecerdasan kebudayaan sebagai aset untuk mempercepat persetujuan tentang ekspresi budaya tradisional yang perlu dilindungi. Melalui konferensi WHC 2008 inilah diharapkan dapat memberikan solusi berkaitan dengan perlindungan warisan budaya suatu negara untuk mendapatkan pengakuan dunia, seperti halnya produk batik Indonesia.
PEMBUKAAN EXPO WHC 2008
Sebagai rangkaian kegiatan WHC 2008, Senin 27 Oktober 2008 kegiatan Expo dan Workshop WHC resmi dibuka oleh Menteri Luar Negeri RI. Dr. Nur Hasan Wirayudha di Pura Mangkunegaran Surakarta diiringi dengan lagu Bengawan Solo oleh Waljinah dan Pergelaran Karawitan Mangkunegaran. Dalam sambutannya Menlu menyampaikan penghargaan dan apresiasinya kepada seluruh peserta WHC, utamanya Walikota dan masyarakat Surakarta atas penyelenggaraan WHC 2008 di Surakarta. Harapannya konferensi tidak hanya menciptakan hubungan dan kerjasama yang lebih baik antar anggota WHC tetapi yang lebih penting adalah terciptanya saling pengertian pada peradaban, budaya dan agama serta ke depan dapat mendorong kerjasama perdagangan dan investasi
Dengan melihat besarnya antusiasme masyarakat Solo dan sekitarnya , Menlu mengusulkan agar kota Solo dapat menyelenggarakan event internasional sejenis secara berkala, seperti festival budaya internasional. Dari pengalaman ini akan mendorong Kota Solo sebagai satu pusat bisnis, terlebih lagi terhadap peluang turis, perdagangan dan bisnis Deplu sangat terbuka bagi potensi Solo maupun daerah lainnya. Dalam acara tersebut Walikota Surakarta berkesempatan memberikan souvenir kepada Menlu, dilanjutkan kemudian dengan peninjauan ke tiap-tiap stand expo.
( Foto : Adhimas Raditya Fahky Putra & Teks : Berbagai sumber )